1.
PENDAHULUAN
Puji sukur kita panjatkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, karena pada kesempatan ini kita masih dapat
bersilaturahmi, karena dengan bersilaturahmi ini jaminan Allah adalah
dilapangkan riskinya dan dipanjangkan umurnya, aamiin aamiin ya robal alaamiin.
Bapak ibu yang berbahagia ijinkan kami memberikan sedikit pengalaman kami dalam
berbudidaya lele.
Berawal dari tahun 2007 kami sudah berbudaya lele dumbo
dengan sistem konfensional, karena pada saat itu kami belum memiliki informasi
yang memadai baik dari pihak pabrik pakan, pemerintah ataupun penggiat lele
lainnya. Hanya tebar benih, kasih makan, dan panen. Fase 2007-2010 budidaya
lele lumayan menguntungkan karena pakan blm terlalu mahal, namun mulai 2011
pakan mulai naik, benih semakin tidak berkwalitas, dan hasil konsumsi yang
melimpah sehingga untuk menjual ikan lelepun sangat susah, andaipun itu mudah
tapi harganya sangat murah dan tidak cukup untuk menutup harga pakan dan
tenaga.
Maka dari itu kami simpulkan bahwa
masalah yang sering dihadapi petani ikan adalah
a. Benih susah dan tidak berkwalitas
b. Pakan mahal
c. Hasil budidaya susah memasarkan
Pada tahun 2011 banyak sekali petani
lele yang berkembang di masyarakat, hal ini dikarenakan peluang pasar yang
sangat besar dan pemeliharaan yang relatif mudah. namun dengan berkembangnya waktu, cuaca yang
tidak menentu dan peluncuran pakan pabrikan dengan proteiin tinggi membawa dampak negatif pada kelangsungan budidaya yang mengakibatkan patani
bangkrut dan gulung tikar.
Salah satu hal yang terpenting dalam
budidaya ikan lele adalah menciptakan tempat budidaya ikan lele yang
dapat untuk bertumbuh dan
berkembang secara baik sehingga
ikan dapat tumbuh kembang secara maksimal. Pada saat berternak ikan lele kita sadari pasti akan menimbulkan limbah budidaya berupa
kotoran, sisa pakan dan lain lain. Sehingga
kotoran atau limbah tersebut akan
menimbulkan endapan limbah didasar kolam yang berpengaruh atau bermasalah pada
pertumbuhan ikan, sehingga pertumbuhan ikan akan terganggu bahkan bisa
mengakibatkan kematian. Jika endapan
kotoran ikan didasar kolam banyak maka akan berakibat rendahnya oksigen, pada
saat rendah oksigen maka akan menimbulkan bakteri anairob, dan bakteri anairub
inilah yang mengakibatkan zat zat racun yang berbahaya bagi ikan. Endapat kolam terssebut menghasilkan amonia, h2s atau hidrogen sufsida gas metana,
nitrit yang semuanya itu adalah racun bagi ikan.
Pertanayaannya adalah sistem manakah yang paling baik untuk
mengatasi endapat limbah yang ada pada kolam dengan cara menghilangkan,
mengolah, atau merubah zat zat yang ditimbulkan agar berguna pada budidaya ikan
lele?
2.
PENGERTIAN
Biofloc berasal dari dua kata yaitu
Bio “kehidupan” dan Floc “gumpalan”. Sehingga biofloc dapat diartikan sebagai
bahan organik hidup yang menyatu menjadi gumpalan-gumpalan. Gumpalan tersebut
terdiri dari berbagai mikroorganisme air termasuk bakteri, algae, fungi,
protozoa, metazoa, rotifera, nematoda, gastrotricha dan organisme lain yang
tersuspensi. Ada yang bilang bahwa
biofloc adalah suatu bentuk ikatan oleh mikroorganisme pada saat tumbuh dimana
aktivitas pengikatan ini tergantung pada jenis mikroorganismenya.
Biofloc merupakan gumpalan-gumpalan kecil yang tersusun dari
sekumpulan mikroorganisme hidup yang melayang-layang di air. Teknologi biofloc
adalah teknologi yang memanfaatkan aktivitas mikroorganisme yang membentuk
flok. Aplikasi BFT (Bio Floc Technology) banyak diaplikasikan disistem
pengolahan air limbah industri dan mulai diterapkan di sistem pengolahan air
media aquakultur.
Prinsip Dasar Biofloc
Mengubah senyawa organik dan
anorganik yang mengandung senyawa kabon (C), hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen
(N) dengan sedikit posfor (P) menjadi
massa sludge berupa bioflocs dengan menggunakan bakteri pembentuk flocs (flocs
forming bacteria) yang mensintesis biopolimer poli hidroksi alkanoat sebagai
ikatan bioflocs. Bakteri pembentuk flocs dipilih dari generasi bakteri yang non pathogen, yang memiliki
kemampuan mensintesis PHA, memproduksi enzim ekstraselular, memproduksi
bakteriosin terhadap bakteri pathogen, mengeluarkan metabolit sekunder yang
menekan pertumbuhan dan menetralkan toksin dari plankton merugikan dan mudah
dibiakkan di lapangan.
Factor yang mempengaruhi system
bioflok adalah N/P rasio dan C/N rasio. N/P rasio dan C/N rasio harus diatas
20. Semakin besar N/P rasio dan C/N rasio maka floc yang terbentuk akan semakin
baik. Untuk mengatur N/P rasio jalan terbaik adalah memperbesar N atau
memperkecil P, untuk memperbesar N dilingkungan kolam tidak mungkin dilakukan karena menambah
ammonia dalam kolam yang akan
membahayakan ikan, jalan terbaik adalah memperkecil P dengan cara
mengikat phosphate. Sedangkan untuk mengatur C/N rasio dilakukan dengan cara
memperbesar C dengan penambahan unsure karbon organik, misalnya molasses. Didalam
pakan itu sendiri sebenarnya sudah ada unsure C yaitu karbohidrat dan lemak,
namun rasionya tidak mencukupi untuk mencapai C/N rasio diatas 20.
Sistem
biofloc dapat meminimalkan ganti air karena dalam bioflok terdapat proses
siklus “auto pemurnian air” (self purifier) yang akan merubah sisa pakan dan
kotoran, gas beracun seperti ammonia dan nitrit menjadi senyawa yang tidak
berbahaya. Dengan meminimalkan ganti air maka peluang masuknya bibit penyakit
dari luar dapat diminimalkan. Sistem biofloc lebih stabil dibandingkan dengan
system probiotik biasa dikarenakan biofloc merupakan bakteri yang tidak berdiri
sendiri, melainkan berbentuk floc atau kumpulan beberapa bakteri pembentuk floc
yang saling bersinergi. sehingga apabila ada gangguan lingkungan atau gangguan
bakteri lain maka bakteri tidak akan cepat kolaps.
Pada System Bio-Flock Technology
(BFT) sangat tergantung pada :
· Mikroba (terutama bakteri
heterotrof)
· Plankton
· Bahan organik dalam air
3.
Indikator Keberhasilan Pembentukan
Biofloc
Akhir-akhir
ini hujan terus-menerus turun. BMKG memperkirakan curah hujan akan tinggi
sampai akhir bulan Maret ini. Bagi petani ikan, hujan deras kerap membawa
kecemasan karena rendahnya nilai ADG (Average Daily Growth) dan nilai SR (Survival
Rate), alias ikan tidak tumbuh optimal dan banyak yang mati. Hal tersebut
diakibatkan air hujan yang selain
menurunkan
suhu air kolam, juga menambah kandungan asam pada kolam. Kolam yang
berair asam ini ditandai dengan menurunnya kadar pH dan biasanya
berbusa di permukaan juga berbau tidak sedap.
Bagaimana
air hujan mempengaruhi pertumbuhan ikan? Apa saja yang bisa dilakukan untuk
mencegah kematian ikan? Simak hal-hal berikut agar kejadian tersebut tidak
terjadi pada kolam Anda.
Hujan
Deras, Harus Bagaimana?
APA YANG TERJADI SAAT KOLAM MENJADI ASAM?
ü
Darah ikan menjadi lebih asam dan
kurang mampu mengikat hemoglobin sehingga ikan menjadi tidak aktif.
ü
Daya tahan telur ikan menurun, ikan
sulit berkembang biak.
ü
Nafsu makan ikan menjadi turun.
ü
Meningkatnya mikroorganisme yang
merugikan.
ü
Dengan sedikit makan dan banyaknya
mikroorganisme merugikan, maka ikan rentan terhadap penyakit (white spot, red
spot, dll).
APA YANG BISA KITA LAKUKAN?
ü
Karena nafsu makan ikan menurun, maka
jumlah pakan yang diberikan juga harus dikurangi. Sisa pakan yang tidak dimakan
ikan akan menambah kotor kolam.
ü
Mengganti air kolam yang kandungan
asamnya tinggi dengan air bersih secara berkala.
ü
Menggunakan penutup kolam untuk
mengurangi air hujan yang masuk ke dalam kolam.
ü
Memberi vitamin C untuk meningkatkan
daya tahan tubuh ikan.
ü
Memberi kapur nutrilime atau bonggol
pisang untuk menetralkan kadar pH pada kolam.
ü
Menggunakan daun, buah, atau batang
pepaya yang dimasukan ke dalam kolam. Pohon pepaya tersebut akan mendorong tumbuhnya
lumut yang jika dimakan oleh ikan dapat bertindak sebagai obat alami.
ü
Menambah garam pada kolam untuk membunuh
parasit penyebab penyakit
dan mampu menekan asam, secara hukum alamiahnya bahwa air asam akibat hujan
ditemukan dengan garam yang asam maka air yang asam tadi akan normal.
Berapakah
kadar pH yang baik bagi ikan Anda?
pH 4 : ikan mati
pH 5 : ikan tidak
dapat berkembang biak
pH 6 : pertumbuhan
ikan menurun
pH 7-8 :
pertumbuhan ikan baik
pH 9 : pertumbuhan
ikan menurun
pH 10 : ikan tidak dapat
berkembang biak
pH 11 : ikan mati
Dengan demikian indikator Biofloc
terbentuk atau baik jika secara visual
di dapat warna air kolam coklat muda (krem) berupa gumpalan yang
bergerak bersama arus air. pH air cenderung di kisaran 7 (7,2-7,8)
dengan kenaikan pH pagi dan sore yang kecil rentangnya kecil yaitu (0,02-0,2).
Mulai terjadi penaikan dan penurunan yang dinamis nilai NH4+, ion NO2‐ dan ion
NO3‐ sebagai indikasi berlangsungnya proses Nitrifikasi dan Denitrifikasi.
Untuk 30 hari pertama DOC merupakan
masa krusial bagi tahap pembentukan Bioflocs, penerapan “minimal exchange
water” pada fase ini sangat menentukan. Lebih baik menghindari penggantian air
dalam jumlah besar pada masa ini. Penambahan air hanya untuk penggantian susut
karena penguapan dan perembesan saja. Atau menambah secara perlahan ketinggian
air dari awal tebar 120 cm menjadi 150 cm secara bertahap selama 30 hari.
4. Permasalahan dalam Sistem Biofloc
a)
Flocs di kolam berbusa
Hal ini disebabkan oleh adanya
bakteri berfilamen yang menempel pada biofloc. Untuk itu ditebar 10 ppm Kalsium
peroksida, ikuti dengan menahan pergantian air selama 5‐6 hari sambil dilakukan
penambahan 20 ppm CaCO3/kaptan per harinya, jika pada hari ke 6 busa masih ada,
tebar 10 ppm Kalsium Peroksida lagi, pada hari ke 7 air mulai dimasukkan ke
dalam kembali, dan ketinggian air dipulihkan ke ketinggian semula.
b)
Biofloc terlalu pekat
Lakukan pengenceran secara over flow,
pipa pengeluaran dipotong sama rata dengan ketinggian air di dalam kolam.
Biarkan air yang masuk menyebabkan air tumpah keluar lewat pipa pembuangan yang
telah dipotong sama rat dengan ketinggian air di dalam kolam.
c)
Biofloc ketebalannya berkurang (normal 10‐20 cm sechi disk) dan warna
air mengarah ke hijau
Hentikan pengenceran, tahan air
selama 5‐6 hari, aplikasikan pupuk ZA 1 ppm setiap harinya untuk menekan
pertumbuhan chrollera atau aplikasikan pupuk ZA 5 ppm setiap harinya untuk
menekan pertumbuhan blue green algae. Pada hari ke 7 sirkulasi/pengenceran
secara over flow dapat dilakukan kembali.
d)
Biofloc ketebalannya berkurang (normal 10‐20 cm sechi disk) dan warna
air mengarah ke coklat merah
Hentikan pengenceran, tahan air
selama 5‐6 hari, aplikasikan CaCO3 / kaptan 20 ppm setiap harinya dan 1‐2 x
treatment dengan Kalsium peroksida. Pada hari ke 7 sirkulasi/pengenceran secara
over flow dapat dilakukan kembali.
e)
Warna hijau biru (BGA) atau merah (Dinoflagellata) tetap ada setelah 5‐6
hari treatment
Berlakukan pola sistem “minimal
exchange water” terhadap kolam tersebut, hindari pengenceran/sirkulasi.
Penambahan air hanya dilakukan untuk mengganti air yang hilang/susut akibat
penguapan, perembesan dan susut air akibat pembuangan lumpur rutin harian saja.
5.
Keuntungan Sistem Biofloc
·
pH
relatif stabil
·
pH nya cenderung rendah, sehingga kandungan
amoniak (NH3) relatif kecil
·
Tidak
tergantung pada sinar matahari dan aktivitasnya akan menurun bila suhu rendah.
·
Tidak
perlu ganti air (sedikit ganti air) sehingga biosecurity (keamanan) terjaga
·
Limbah tambak (kotoran, algae, sisa pakan,
amonia) didaur ulang dan dijadikan makanan alami berprotein tinggi
·
Lebih
ramah lingkungan.
·
Menumbuhkan
dan menjaga dominasi bakteri di dalam tambak adalah lebih stabil daripada
dominasi algae (plankton) karena tidak tergantung sinar matahari
·
Kualitas
air lebih stabil sehingga penggunaan air sedikit (hanya nambah) karena ada
pembuangan lumpur
·
Dapat
menekan pertumbuhan mikroba patogen
·
Bakteri
terkumpul dalam suatu gumpalan yang disebut Floc
·
Semakin
banyak floc yang terbentuk akan semakin besar pula perannya dalam merombak
limbah nitrogen 10 – 100x lebih efisien daripada algae
·
Dapat
bekerja siang maupun malam dan dipengaruhi cuaca
·
Dapat
merubah limbah nitrogen menjadi makanan berprotein tinggi bagi ikan dan udang
·
Mikroba Biofloc dapat Digunakan
sebagai Pakan. Hal ini dikarenakan :
Mengandung
nutrien yang cukup tinggi seperti protein dan mineral
Tidak
memerlukan pakan yang memiliki protein tinggi
Dapat
menghemat pakan dan menurunkan nilai FCR pakan
6.
Kekurangan Sistem Biofloc
·
Tidak
bisa diterapkan pada tambak yang bocor/rembes karena tidak ada/sedikit
pergantian air
·
peralatan/aerator cukup banyak sebagai suply
oksigen
·
Aerasi
harus hidup terus (24 jam/hari)
·
Pengamatan harus lebih jeli dan sering muncul
kasus Nitrit dan Amonia
·
Bila
aerasi kurang, maka akan terjadi pengendapan bahan organik. Resiko munculnya
H2S lebih tinggi karena pH airnya lebih rendah.
·
Kurang cocok untuk tanah yang mudah teraduk
(erosi). Jadi dasar harus benar-benar kompak (dasar berbatu / sirtu, semen atau
plastik HDPE
·
Bila
terlalu pekat, maka dapat menyebabkan kematian bertahap karena krisis oksigen
(BOD tinggi).
·
Untuk itu volume Suspended Solid dari floc
harus selalu diukur.Bila telah mencapai batas tertentu, floc harus dikurangi
dengan cara konsumsi pakan diturunkan.
7.
TEKNIS BUDIDAYA LELE BIOFLOK
A.
PERSIAPAN KOLAM
Perlu kita
ketahui bahwa saat ini banyak sekali kolam yang beredar di masarakat, ada yang
pake terpal, fiber, plastik HDPE, cor semen atau beton, ada yang berbentuk
kotak, bulat dan adapula karena menyesuaikan tempat ada yang berbentuk segi
tiga.
Pertanyaannya bolehkah kita menggunakan sistem bioflok ini
pada kolam tersebut diatas??? Kalau saya jawab Boleh, karena tidak ada hukum
kaidah baku yang mengharuskan memakai kolam tertentu.
Namun
disini saya tekankan bahwa kolam yang
paling mudah dalam proses bioflok adalah
kolam yang berbentuk lingkaran karena :
•
Memudahkan
kita untuk kontrol air
•
Pengadukan
endapan yang maksimal
•
Serta
mudah dalam pembuangan nitritnya.
•
Bisa
padat tebar dan murah biayanya.
Langkah langkah pembuatan Kolam Bulat
a. Cari tempat yang aman dari benda
tajam dan gangguan eksternal dan ratakan tanah lalu buat cekungan,
b. Tanam pipa pembuangan 2 in yang
disertai dengan keni
c. Bentangkan wermesh dengan rumus
•
Diameter
2 ( 2 x 3,14 = 6,28 )
•
Diameter
3 ( 3 x 3,14 = 9,42 )
•
Dst
d. Kaitkan pelindung wermesh agar terpal
lebih tahan lama
e. Pasang karpet talang untuk melindungi
terpal dari karat besi
f.
Masukkan
kolam terpal ke dalam bingkai besi
g. Setelah rapi pasang filter pembuangan.
B.
PERSIAPAN AIR KOLAM
a. Air kolam yang
mau dipake bisa berasal dari berbagai macam sumber yang terpenting tidak
bau,tidak tercermar bahan kimia, dan tidak keruh (TDS tidak lebih dari 250) pH 7-8 :
pertumbuhan ikan baik
b. Masukkan air kedalam kolam dengan
ketinggian 60 cm
c. Masukkan ramuan Probiotik hayati (
bisa pesan pada kami)
d. Masukkan N-BIO 5cc/1000 kubik air
e. Masukkan molase ¼ yang sudah direbus
f.
Pada
saat pembuatan starter air kolam usahakan blower dihidupkan terus menerus.
g. Jarak 2-5 hari jika phyto plankton
sudah hidup maka ikan langsung ditebar.
C.
MENEJEMEN BENIH
Benih
adalah salah satu penentu keberhasilan dalam berbudidaya, selain pakan dan
kesehatan air maka benih membawa dampak kesuksesan lebih dari 35 %.
Bagaimana
membedakan benih yang unggul dan tidak?
a.
Ciri ciri benih unggul
·
Morfologi
ikan lengkap
·
Bergerak
aktif
·
Warna
ikan tidak pucat
·
Lendir
ikan bersih
·
Besarnya
seragam
·
Kumis
ikan lurus tidak bengkok atau kriting
b.
Ciri ciri benih tidak unggul
·
Morfologi
tidak lengkap atau cacat
·
Ikan
bersifat ap normal
·
Ikan
kurang gesit atau lincah
·
Warna
ikan pucat
·
Lendir
ikan over dan gelap
·
Kumis
ikan bengkok dan besarnya tidak seragam.
c.
Sterilisasi
Benih yang
mau ditebar dalam kolam haruslah memenui ciri – ciri ikan sehat, agar petani
tidak merugi maka benih yang datang dari UPR ( unit pembenihan Rakyat) harus disterilkan terlebih dahulu ( disuci
hamakan) tujuannya adalah agar bakteri yang berasal dari luar tidak terbawa
kedalam kolam yang mana kolam sudah berisikan bakteri non patogin.
Adapun
peralatan yang harus dipersiapkan adalah sbb :
·
Cari
Alkohol, garam, atau blue coper ( yang ada) dalam hal ini saya memakai blue
coper.
·
Vit
C
·
Seser
·
Spetan
atau Suntikan
·
Ember
·
N-BIO
·
Lap
Tangan atau serbet.
Adapun langkah langkah yang harus
dilakukan adalah sbb :
·
Ambil
air bersih 10 liter lalu campur dengan blue coper sebanyak 5 mili
·
Aduk
aduk sampai terlihat seperti ada buih
·
Siapkan
air bersih 10 liter lalu campur dengan vit c 5 gram
·
Aduk
vit C sampai merata
·
Siapkan
air kolam 5 liter dalam ember berikan
0,5 N-BIO tuangkan dalam air tersebut dan aduk sampai merata.
·
Jika
semua media sudah disiapkan maka ambil ikan
dengan seser sedikit demi sedikit lalu masukkan benih dan seser kedalam
media blue coper selama 10 hitungan atau 10 detik
·
Jika
sudah 10 detik maka angkat seser dan benih ke media vit C selama 1 menit,
·
Setelah
itu masukkan benih dalam ember yang berisi air kolam dan N- Bio tunggu ikan
sampai lincah dan gesit setelah itu masukkan air beserta ikan kedalam kolam
secara perlahan.
d.
Tebar benih
Tebar benih
sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, dimana suhu air kolam tidak
begitu panas. Hal ini bertujuan untuk memperkecil stres ikan didalam kolam.
Selain itu untuk mempercepat adaptasi ikan terhadap ekosistem kolam yang baru.
Adapun cara
memasukkan ikan tidak boleh digrojog atau dituang dengan cepat, jika ini
dilakukan maka ikan akan mengalami stres yang tinggi, kenapa demikian? Karena
lele saat dipindahkan ke tempat yang baru dia akan mengalami fase adaptasi.
Sebaiknya saat memasukkan benih adalah sebai berikut :
·
Masukkan
ember ke dalam kolam
·
Tenggelamkan
ember agar air kolam masuk dalam ember
·
Setelah
itu biarkan ikan keluar dengan sendirinya.
D.
PAKAN
Dalam
menejemen pakan ini perlu kita bagi menjadi dua yaitu pakan pabrikan hewani dan
pakan herbal nabati.
a. Pakan Pabrik hewani
Pakan dari
pabrik biasanya didominasi oleh tepung ikan, karena untuk mendongkrak kadar
protein pada ikan. Secara teori semakin
tinggi kadar protein pada pakan maka semakin cepat pula pertumbuhan ikan.
Namun
didalam budidaya lele bioflok tidak demikian, karena semakin banyak kadar
protein pada pakan maka tingkat pencemaran pada air semakin tinggi, sebaiknya
pakan yang harus diberikan pada kolam bioflok difermentasi terlebih dahulu agar
kadar protein yang tinggi tadi dapat
terserap maximal oleh ikan sehingga residu kotoran dan sisa pakan berkurang.
Cara
melakukan fermentasi pakan sbb :
·
Ambil
pakan 1 kg ditaruh dalam ember yang ada tutupnya
·
Ambil
N-Bio 1 cc lalu dicampur air secukupnya lalu disemprotkan pada pakan
·
Aduk
sampai merata lalu tutup sampai rapat
·
Jika
pakan sudah lembek dan di kepal pakan menggumpal berarti pakan siap di berikan
ke ikan.
·
Pemberian
pakan dengn N-Bio tidak perlu lama untuk fermentasinya, karena N-Bio sendiri
adalah microba yang sudah aktif. Beda halnya dengan probiotik lainnya yang
membutuhkan waktu cukup lama, hal ini dikarenakan bakteri dalam probiotik
membutuhkan pertumbuhan. Namun jika menghendaki lamapun tidak mengapa asal
pakan tidak ditumbuhi oleh misilium atau jamur. Jika pakan yang difermentasi terdapat
misilium maka kadar protein pada pakan mengalami penurunan atau bisa jadi malah
rusak.
·
Pemberian
pakan diberikan setelah 1 x 24 jam benih ditebar
·
Banyaknya
5-3 % dari total bio masa ikan.
b.
Pakan Herbal / Nabati
Pakan
herbal atau nabati dalam bididaya lele bioflok juga perlu diberikan, pakan ini
biasanya berasal dari daun daunan seperti azola, daun pepaya, mengkudu dll
Dalam
seminggu lele perlu dipuasakan untuk mengkonsumsi pakan dari pabrik, lalu
diganti alternatif pakan herbal seperti pemberian azola dan daun pepaya atau
mengkudu. Selain untuk menghemat pakan daun tersebut berfungsi untuk anti
oksidan agar ikan lebih sehat dan lebih tahan terhadap gangguan bakteri
patogin.
E.
MASALAH IKAN PADA KOLAM BIOFLOK
Masalah
masalah dalam kolam bioflok sudah kami jelaskan di bagian atas, namun itu
masalah dalam air, sedangkan masalah yang ada pada ikan biasanya disebabkan
oleh Jamur, Parasit, Bakterial, Virus
a. Jamur
b. Parasit
c. Bakterial
d. Virus
F.
GRENDING / PENYORTIRAN
Jika dalam
pengamatan terlihat ada lele yang kanibal maka perlu adanya penyortiran hal ini
dikawartirkan akan bedampak buruk pada budidaya.
Cara
penyortiran :
1. Siapkan bak tampungan diisi air dari
kolam asal
2. Kurangi air dalam kolam lalu seser
ikan dengan perlahan
3. Masukkan ikan kedalam keranjang
sortir
4. Jadikan 2 grit besar dan kecil
5. Setelah selesai masukkan kembali ikan
kedalam kolam dengan mengambil air dari kolam sebelah lalu tambahkan N-bio 10
ppm kemudian tambahkan air bersih.
G.
PANEN
Panen
adalah salah satu tahapan yang diharapkan petani dalam budidaya, karena fase ini adalah fase dimana untung rugi akan
ketahuan.
Caranya :
Susutkan
kolam dengan mencabut pipa pembuangan dan sisakan air sebanyak 10 cm
Habis itu
seser ikan dalam kolam lalu timbang.
Saat
sebelum ditimbang usahakan jangan banyak handling.
8.
SR (survival rate)
Survival Rate (SR)
Merupakan Tigkat kelangsungan hidup suatu jenis ikan dalam suatu proses
budidaya dari mulai awal ikan ditebar hingga ikan dipanen. SR meliputi Baik
faktor biotik maupun abiotik yang mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup ikan.
Faktor biotik meliputi parasit, predasi, kompetitor, umur, kepadatan populasi,
penanganan manusia maupun kemampuan untuk beradptasi. Faktor abiotik meliputi :
sifat fisika dan sifat kimia dari suatu lingkungan air. Sama seperti satuan Mortalitas, nilai satuan
dari SR adalah persen (%).
Rumus Menghitung Survival rate (SR)
Jumlah
ikan yang hidup : jumlah penebaran awal ikan x 100% = Survival rate %
Contoh
Diketahui
Jumlah ikan yang hidup : 2411 ekor
Jumlah
penebaran awal ikan : 3000 ekor
Maka
untuk menghitung nilai SR nya adalah : 2411 : 3000 x 100% = 80,3%
9.
MORTALITAS
Pengertian Mortalitas
Mortalitas
didefinisikan sebagai jumlah individu yang hilang atau mati selama satu
interval waktu tertentu. Dalam dunia Perikanan mortalitas dibedakan menjadi dua
mortalitas penangkapan (F) dan kelompok yaitu mortalitas alami (M). Mortalitas
alami adalah mortalitas yang disebabkan oleh faktor selain dari penangkapan
seperti kanibalisme, suhu yang tidak stabil, predasi, stress pada waktu
pemijahan, kada amonia yang tinggi, kelaparan dan umur yang tua. Spesies yang
sama biasanya memiliki kemampuan yang berbeda-beda, dan tergantung pada
predator dan competitor yang mempengaruhinya. Mortalitas alami yang tinggi
didapatkan pada suatu organisme yang memiliki nilai koefisien Iaju pertumbuhan
yang besar atau sebaliknya. Mortalitas alami yang rendah akan didapatkan pada
suatu organisme yang memiliki nilai koefesien Iaju pertumbuhan yang keci.
Sedangkan mortalitas akibat penangkapan adalah kemungkinan ikan yang mati
karena penangkapan selama periode waktu tertentu, dimana semua faktor penyebab
kematian ini berpengaruh terhadap populasi. Mortalitas dinyatakan dengan satuan
persen (%).
Mortalitas penangkapan
disebabkan oleh kecepatan eksploitasi suatu stok karena kegiatan manusia yang
melakukan penangkapan selama periode waktu tertentu, dimana semua faktor
penyebab kematian tersebut berpengaruh terhadap populasi. Kematian alami
merupakan parameter yang sama sekali tidak dapat dikontrol dan diamati secara
langsung, maka yang perlu dikontrol adalah dua besaran yang berhubungan
langsung dengan mortalitas penangkapan.
Ikan yang memiliki
mortalitas tinggi adalah ikan yang memiliki siklus hidup yang pendek, pada
populasi tersebut hanya terdapat sedikit sekali variasi umur dan pergantian
stok yang berjalan relatif cepat dan serta mempunyai daya produksi yang lebih
tinggi.
Ada 2 pendekatan yang
umum untuk menduga mortalitas. Salah satu diantaranya adalah mempertimbangkan
jumlah populasi yang akan dipanen sebagai pengukuran jumlah eksploitasi, dan
cara lain yang paling tepat adalah dengan mempertimbangkan beberapa usaha alat
penangkapan yang tertentu dan proporsional dengan kekuatan fishing mortality.
Rumus untuk menghitung mortalitas :
Jumlah ikan yang mati selama satu periode : jumlah penebaran benih ikan x 100%
= Tingkat Kematian (Mortalitas)
Contoh
Diketahui
Jumlah penebaran benih : 3000ekor
Jumlah ikan yang mati selama 1
periode : 589
Maka untuk menghitung Mortalitas nya
adalah :
589 : 3000 x 100% = 19,63%
10. FCR
FCR adalah kepanjangan
dari Feed Conversion Ratio, Suatu ukuran yang menyatakan rasio jumlah pakan
yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg daging. FCR digunakan untuk mengetahui
kualitas pakan yang diberikan terhadap pertumbuhan ikan.
Menghitung Nilai FCR sangat penting karena:
FCR pada umumnya dijadikan sebagai
salah satu tolak ukur keberhasilan baik
secara teknis (pemberian jumlah pakan yang sesuai TIDAK BOROS dan TIDAK KURANG
TAKARANNYA.
Salah satu masalah terbesar ternak
lele adalah BENGKAK dan BESARnya BIAYA PAKAN, Perhitungan FCR yang tepat dapat
menghindari KEBANGKRUTAN ternak lele Anda dan FCR yang tepat menjadi salah satu
solusi masalah terbesar ternak lele secara finansial.
Menghitung FCR tidaklah sulit, Anda
dapat mengikuti hitungan contoh ternak lele Pak Untung di bawah ini. Membedakan
perhitungan FCR untuk keseluruhan ternak dan FCR sesuai besaran panen menjadi
penting agar tahu apa yang harus di perbaiki di awal pemeliharaan selanjutnya
Cara menghitung FCR sangatlah mudah,
Anda bisa mengikuti contoh perhitungan di bawah ini, TETAPI jika tetap
mengalami kesulitan ataupun masih bingung, atau sudah bisa tapi ingin sekedar
meyakinkan diri, silahkan minta
perhitungan FCR sebagai perbandingan
Contoh cara menghitung FCR
Keseluruhan dan FCR Kelompok
Asumsi, Pak Untung membeli benih lele
sebanyak 40.000 ekor dengan ukuran 7 - 8 cm. Saat di timbang, berat rata-rata
benih ikan adalah 3 gram per ekor. Dan di pelihara selama 2 bulan,
Pak Untung menghabiskan pakan
sebanyak 3.200 kg. Ketika panen, Pak Untung mendapatkan lele dengan berat total
3.600 kg dan Pak Untung mengelompokan hasil panen lelenya menjadi tiga
kelompok, yaitu
1.
Lele ukuran kecil : Ada 15% atau
sebanyak 5.400 ekor
2.
Lele ukuran sedang : Ada 37% atau
sebanyak 13.320 ekor
3.
Lele ukuran besar : ada 48% atau sebanyak 17.280 ekor
Setelah Pak Untung mengetahui data
tersebut, Beliau dapat dengan mudah menghitung FCR ternak ikan lelenya, baik
FCR keseluruhan dan FCR per kelompoknya.
Berikut cara menghitung FCR
A. FCR keseluruhan:
Berat awal ikan (3gram x 40,000 ekor)
= 120 kg
Pakan total = 3.200 kg
Berat total setelah panen = 3.600 kg
FCR = 3.200 kg : (3.600 kg - 120 kg)
FCR = 3.200 kg : 3.480 kg
FCR = 0,92
B. Dan berikut cara menghitung FCR kelompok:
a. Berat awal benih lele
1.
Lele ukuran kecil : 5.400 ekor x 3gram / 1000 gram = 16,2 kg
2.
Lele ukuran sedang : 13.320 ekor x 3gram / 1000 gram = 39.96 kg
3. Lele ukuran besar : 17.280 ekor x
3gram / 1000 gram = 51,84 kg
b. Konsumsi pakan lele selama pemeliharaan
1.
Lele ukuran kecil : 3.200 kg x 15%
= 480 kg
2.
Lele ukuran sedang : 3.200 kg x 37% = 1.184 kg
3.
Lele ukuran besar : 3.200 kg x 48% = 1.536 kg
C. Berat lele saat panen
1.
Lele ukuran kecil : 3.600 kg x 15%
= 540 kg
2.
Lele ukuran sedang : 3.600 kg x 37% = 1.332 kg
3.
Lele ukuran besar : 3.600 kg x 48% = 1.728 kg
Maka
1. FCR lele ukuran kecil
FCR = 480 kg : ( 540 kg - 16,2 kg)
FCR = 480 kg : ( 524 kg)
FCR = 0,92
2. FCR lele ukuran sedang
FCR = 1.184 kg : ( 1.332 kg - 40 kg)
FCR = 1.184 kg : ( 1.292 kg)
FCR = 0,92
3. FCR lele ukuran besar
FCR = 1.536 kg : ( 1.728 kg - 52 kg)
FCR = 1.536 kg : ( 1.676 kg)
FCR = 0,92
Jadi semua FCR baik secara
keseluruhan ataupun FCR kelompok masing masing ukuran lele adalah 0,92.
Gampang khan???
11. ANALISA KELAYAKAN USAHA
a. Benih lele 3.000 x 200 Rp. 600.000
b. Pakan ikan -1 x 300.000 Rp. 300.000
c. Pakan ikan -2, 7 x 280.000 Rp. 1.960.000
d. N-bio 1liter Rp. 100.000
e. Probiotik hayati 1 sak Rp. 30.000 +
Total Rp.
2.990.000
Asumsi
haarga daging saat ini per kg 15.000
Panen
dengan hasil daging 300 kg FCR 0,8
Maka
350 kg x 15.000 Rp. 5.250.000
Maka
keuntungan kotor adalah Rp. 2.260.000
12. PENUTUP
Demikian materi budidaya ini kami sampaikan semoga bermanfaat
bagi kita semua.
Hal hal yang kurang jelas bisa hubungi kami di 085799444333.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar