Kamis, 12 April 2018

TEKNIK PENGEMBANGAN BUDIDAYA LELE BIOFLOK




1.      PENDAHULUAN
Puji sukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena pada kesempatan ini kita masih dapat bersilaturahmi, karena dengan bersilaturahmi ini jaminan Allah adalah dilapangkan riskinya dan dipanjangkan umurnya, aamiin aamiin ya robal alaamiin.
Bapak ibu yang berbahagia ijinkan kami  memberikan sedikit pengalaman kami dalam berbudidaya lele.
Berawal dari  tahun 2007 kami sudah berbudaya lele dumbo dengan sistem konfensional, karena pada saat itu kami belum memiliki informasi yang memadai baik dari pihak pabrik pakan, pemerintah ataupun penggiat lele lainnya. Hanya tebar benih, kasih makan, dan panen. Fase 2007-2010 budidaya lele lumayan menguntungkan karena pakan blm terlalu mahal, namun mulai 2011 pakan mulai naik, benih semakin tidak berkwalitas, dan hasil konsumsi yang melimpah sehingga untuk menjual ikan lelepun sangat susah, andaipun itu mudah tapi harganya sangat murah dan tidak cukup untuk menutup harga pakan dan tenaga.
Maka dari itu kami simpulkan bahwa masalah yang sering dihadapi petani ikan adalah
a.      Benih susah dan tidak berkwalitas
b.      Pakan mahal
c.       Hasil budidaya susah memasarkan
Pada tahun 2011 banyak sekali petani lele yang berkembang di masyarakat, hal ini dikarenakan peluang pasar yang sangat besar dan pemeliharaan yang relatif mudah.  namun dengan berkembangnya waktu, cuaca yang tidak menentu dan peluncuran pakan pabrikan dengan proteiin tinggi  membawa dampak negatif pada  kelangsungan budidaya yang mengakibatkan patani bangkrut  dan gulung tikar.
Salah satu hal yang terpenting dalam budidaya ikan lele adalah menciptakan tempat budidaya ikan lele  yang  dapat untuk bertumbuh dan  berkembang   secara baik sehingga ikan dapat tumbuh kembang secara maksimal. Pada saat berternak  ikan lele kita sadari  pasti akan menimbulkan limbah budidaya berupa kotoran, sisa pakan dan lain lain. Sehingga  kotoran atau limbah tersebut  akan menimbulkan endapan limbah didasar kolam yang berpengaruh atau bermasalah  pada  pertumbuhan ikan, sehingga pertumbuhan ikan akan terganggu bahkan bisa mengakibatkan kematian.  Jika endapan kotoran ikan didasar kolam banyak maka akan berakibat rendahnya oksigen, pada saat rendah oksigen maka akan menimbulkan bakteri anairob, dan bakteri anairub inilah yang mengakibatkan zat zat racun yang berbahaya bagi ikan.  Endapat kolam terssebut menghasilkan  amonia, h2s atau hidrogen sufsida gas metana, nitrit yang semuanya itu adalah racun bagi ikan.
Pertanayaannya  adalah sistem manakah yang paling baik untuk mengatasi endapat limbah yang ada pada kolam dengan cara menghilangkan, mengolah, atau merubah zat zat yang ditimbulkan agar berguna pada budidaya ikan lele?

2.      PENGERTIAN

Biofloc berasal dari dua kata yaitu Bio “kehidupan” dan Floc “gumpalan”. Sehingga biofloc dapat diartikan sebagai bahan organik hidup yang menyatu menjadi gumpalan-gumpalan. Gumpalan tersebut terdiri dari berbagai mikroorganisme air termasuk bakteri, algae, fungi, protozoa, metazoa, rotifera, nematoda, gastrotricha dan organisme lain yang tersuspensi.  Ada yang bilang bahwa biofloc adalah suatu bentuk ikatan oleh mikroorganisme pada saat tumbuh dimana aktivitas pengikatan ini tergantung pada jenis mikroorganismenya.
Biofloc merupakan  gumpalan-gumpalan kecil yang tersusun dari sekumpulan mikroorganisme hidup yang melayang-layang di air. Teknologi biofloc adalah teknologi yang memanfaatkan aktivitas mikroorganisme yang membentuk flok. Aplikasi BFT (Bio Floc Technology) banyak diaplikasikan disistem pengolahan air limbah industri dan mulai diterapkan di sistem pengolahan air media aquakultur.
          
Prinsip Dasar Biofloc
Mengubah senyawa organik dan anorganik yang mengandung senyawa kabon (C), hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N) dengan sedikit  posfor (P) menjadi massa sludge berupa bioflocs dengan menggunakan bakteri pembentuk flocs (flocs forming bacteria) yang mensintesis biopolimer poli hidroksi alkanoat sebagai ikatan bioflocs. Bakteri pembentuk flocs dipilih dari generasi  bakteri yang non pathogen, yang memiliki kemampuan mensintesis PHA, memproduksi enzim ekstraselular, memproduksi bakteriosin terhadap bakteri pathogen, mengeluarkan metabolit sekunder yang menekan pertumbuhan dan menetralkan toksin dari plankton merugikan dan mudah dibiakkan di lapangan.
Factor yang mempengaruhi system bioflok adalah N/P rasio dan C/N rasio. N/P rasio dan C/N rasio harus diatas 20. Semakin besar N/P rasio dan C/N rasio maka floc yang terbentuk akan semakin baik. Untuk mengatur N/P rasio jalan terbaik adalah memperbesar N atau memperkecil P, untuk memperbesar N dilingkungan kolam  tidak mungkin dilakukan karena menambah ammonia dalam kolam yang akan  membahayakan ikan, jalan terbaik adalah memperkecil P dengan cara mengikat phosphate. Sedangkan untuk mengatur C/N rasio dilakukan dengan cara memperbesar C dengan penambahan unsure karbon organik, misalnya molasses. Didalam pakan itu sendiri sebenarnya sudah ada unsure C yaitu karbohidrat dan lemak, namun rasionya tidak mencukupi untuk mencapai C/N rasio diatas 20.
            Sistem biofloc dapat meminimalkan ganti air karena dalam bioflok terdapat proses siklus “auto pemurnian air” (self purifier) yang akan merubah sisa pakan dan kotoran, gas beracun seperti ammonia dan nitrit menjadi senyawa yang tidak berbahaya. Dengan meminimalkan ganti air maka peluang masuknya bibit penyakit dari luar dapat diminimalkan. Sistem biofloc lebih stabil dibandingkan dengan system probiotik biasa dikarenakan biofloc merupakan bakteri yang tidak berdiri sendiri, melainkan berbentuk floc atau kumpulan beberapa bakteri pembentuk floc yang saling bersinergi. sehingga apabila ada gangguan lingkungan atau gangguan bakteri lain maka bakteri tidak akan cepat kolaps.

Pada System Bio-Flock Technology (BFT) sangat tergantung pada :
·           Mikroba (terutama bakteri heterotrof)
·           Plankton
·           Bahan organik dalam air

3.      Indikator Keberhasilan Pembentukan Biofloc

Akhir-akhir ini hujan terus-menerus turun. BMKG memperkirakan curah hujan akan tinggi sampai akhir bulan Maret ini. Bagi petani ikan, hujan deras kerap membawa kecemasan karena rendahnya nilai ADG (Average Daily Growth) dan nilai SR (Survival Rate), alias ikan tidak tumbuh optimal dan banyak yang mati. Hal tersebut diakibatkan air hujan yang  selain menurunkan suhu air kolam, juga menambah kandungan asam pada kolam. Kolam yang berair asam ini ditandai dengan menurunnya kadar pH dan biasanya berbusa di permukaan juga berbau tidak sedap.
Bagaimana air hujan mempengaruhi pertumbuhan ikan? Apa saja yang bisa dilakukan untuk mencegah kematian ikan? Simak hal-hal berikut agar kejadian tersebut tidak terjadi pada kolam Anda.

Hujan Deras, Harus Bagaimana?

APA YANG TERJADI SAAT KOLAM MENJADI ASAM?

ü  Darah ikan menjadi lebih asam dan kurang mampu mengikat hemoglobin sehingga ikan menjadi tidak aktif.
ü  Daya tahan telur ikan menurun, ikan sulit berkembang biak.
ü  Nafsu makan ikan menjadi turun.
ü  Meningkatnya mikroorganisme yang merugikan.
ü  Dengan sedikit makan dan banyaknya mikroorganisme merugikan, maka ikan rentan terhadap penyakit (white spot, red spot, dll).


APA YANG BISA KITA LAKUKAN?
ü  Karena nafsu makan ikan menurun, maka jumlah pakan yang diberikan juga harus dikurangi. Sisa pakan yang tidak dimakan ikan akan menambah kotor kolam.
ü  Mengganti air kolam yang kandungan asamnya tinggi dengan air bersih secara berkala.
ü  Menggunakan penutup kolam untuk mengurangi air hujan yang masuk ke dalam kolam.
ü  Memberi vitamin C untuk meningkatkan daya tahan tubuh ikan.
ü  Memberi kapur nutrilime atau bonggol pisang untuk menetralkan kadar pH pada kolam.
ü  Menggunakan daun, buah, atau batang pepaya yang dimasukan ke dalam kolam. Pohon pepaya tersebut akan mendorong tumbuhnya lumut yang jika dimakan oleh ikan dapat bertindak sebagai obat alami.
ü  Menambah garam pada kolam untuk membunuh parasit penyebab penyakit dan mampu menekan asam, secara hukum alamiahnya bahwa air asam akibat hujan ditemukan dengan garam yang asam maka air yang asam tadi akan normal.

Berapakah kadar pH yang baik bagi ikan Anda?

pH 4 : ikan mati
pH 5 : ikan tidak dapat berkembang biak
pH 6 : pertumbuhan ikan menurun
pH 7-8 : pertumbuhan ikan baik
pH 9 : pertumbuhan ikan menurun
pH 10 : ikan tidak dapat berkembang biak
pH 11 : ikan mati

Dengan demikian indikator Biofloc terbentuk atau baik  jika secara visual di dapat warna air kolam coklat muda (krem) berupa gumpalan yang bergerak bersama arus air. pH air cenderung di kisaran 7 (7,2-7,8) dengan kenaikan pH pagi dan sore yang kecil rentangnya kecil yaitu (0,02-0,2). Mulai terjadi penaikan dan penurunan yang dinamis nilai NH4+, ion NO2‐ dan ion NO3‐ sebagai indikasi berlangsungnya proses Nitrifikasi dan Denitrifikasi.
Untuk 30 hari pertama DOC merupakan masa krusial bagi tahap pembentukan Bioflocs, penerapan “minimal exchange water” pada fase ini sangat menentukan. Lebih baik menghindari penggantian air dalam jumlah besar pada masa ini. Penambahan air hanya untuk penggantian susut karena penguapan dan perembesan saja. Atau menambah secara perlahan ketinggian air dari awal tebar 120 cm menjadi 150 cm secara bertahap selama 30 hari.


4.      Permasalahan dalam Sistem Biofloc

a)     Flocs di kolam berbusa
Hal ini disebabkan oleh adanya bakteri berfilamen yang menempel pada biofloc. Untuk itu ditebar 10 ppm Kalsium peroksida, ikuti dengan menahan pergantian air selama 5‐6 hari sambil dilakukan penambahan 20 ppm CaCO3/kaptan per harinya, jika pada hari ke 6 busa masih ada, tebar 10 ppm Kalsium Peroksida lagi, pada hari ke 7 air mulai dimasukkan ke dalam kembali, dan ketinggian air dipulihkan ke ketinggian semula.

b)     Biofloc terlalu pekat
Lakukan pengenceran secara over flow, pipa pengeluaran dipotong sama rata dengan ketinggian air di dalam kolam. Biarkan air yang masuk menyebabkan air tumpah keluar lewat pipa pembuangan yang telah dipotong sama rat dengan ketinggian air di dalam kolam.

c)   Biofloc ketebalannya berkurang (normal 10‐20 cm sechi disk) dan warna air mengarah ke hijau
Hentikan pengenceran, tahan air selama 5‐6 hari, aplikasikan pupuk ZA 1 ppm setiap harinya untuk menekan pertumbuhan chrollera atau aplikasikan pupuk ZA 5 ppm setiap harinya untuk menekan pertumbuhan blue green algae. Pada hari ke 7 sirkulasi/pengenceran secara over flow dapat dilakukan kembali.

d)   Biofloc ketebalannya berkurang (normal 10‐20 cm sechi disk) dan warna air mengarah ke coklat merah
Hentikan pengenceran, tahan air selama 5‐6 hari, aplikasikan CaCO3 / kaptan 20 ppm setiap harinya dan 1‐2 x treatment dengan Kalsium peroksida. Pada hari ke 7 sirkulasi/pengenceran secara over flow dapat dilakukan kembali.

e)    Warna hijau biru (BGA) atau merah (Dinoflagellata) tetap ada setelah 5‐6 hari treatment
Berlakukan pola sistem “minimal exchange water” terhadap kolam tersebut, hindari pengenceran/sirkulasi. Penambahan air hanya dilakukan untuk mengganti air yang hilang/susut akibat penguapan, perembesan dan susut air akibat pembuangan lumpur rutin harian saja.

5.      Keuntungan Sistem Biofloc
·         pH relatif stabil
·          pH nya cenderung rendah, sehingga kandungan amoniak (NH3) relatif kecil
·         Tidak tergantung pada sinar matahari dan aktivitasnya akan menurun bila suhu rendah.
·         Tidak perlu ganti air (sedikit ganti air) sehingga biosecurity (keamanan) terjaga
·          Limbah tambak (kotoran, algae, sisa pakan, amonia) didaur ulang dan dijadikan makanan alami berprotein tinggi
·         Lebih ramah lingkungan.
·         Menumbuhkan dan menjaga dominasi bakteri di dalam tambak adalah lebih stabil daripada dominasi algae (plankton) karena tidak tergantung sinar matahari
·         Kualitas air lebih stabil sehingga penggunaan air sedikit (hanya nambah) karena ada pembuangan lumpur
·         Dapat menekan pertumbuhan mikroba patogen
·         Bakteri terkumpul dalam suatu gumpalan yang disebut Floc
·         Semakin banyak floc yang terbentuk akan semakin besar pula perannya dalam merombak limbah nitrogen 10 – 100x lebih efisien daripada algae
·         Dapat bekerja siang maupun malam dan dipengaruhi cuaca
·         Dapat merubah limbah nitrogen menjadi makanan berprotein tinggi bagi ikan dan udang
·         Mikroba Biofloc dapat Digunakan sebagai Pakan. Hal ini dikarenakan :
*      Mengandung nutrien yang cukup tinggi seperti protein dan mineral
*      Tidak memerlukan pakan yang memiliki protein tinggi
*      Dapat menghemat pakan dan menurunkan nilai FCR pakan

6.      Kekurangan Sistem Biofloc
·         Tidak bisa diterapkan pada tambak yang bocor/rembes karena tidak ada/sedikit pergantian air
·          peralatan/aerator cukup banyak sebagai suply oksigen
·         Aerasi harus hidup terus (24 jam/hari)
·          Pengamatan harus lebih jeli dan sering muncul kasus Nitrit dan Amonia
·         Bila aerasi kurang, maka akan terjadi pengendapan bahan organik. Resiko munculnya H2S lebih tinggi karena pH airnya lebih rendah.
·          Kurang cocok untuk tanah yang mudah teraduk (erosi). Jadi dasar harus benar-benar kompak (dasar berbatu / sirtu, semen atau plastik HDPE
·         Bila terlalu pekat, maka dapat menyebabkan kematian bertahap karena krisis oksigen (BOD tinggi).
·          Untuk itu volume Suspended Solid dari floc harus selalu diukur.Bila telah mencapai batas tertentu, floc harus dikurangi dengan cara konsumsi pakan diturunkan.

7.      TEKNIS BUDIDAYA LELE BIOFLOK
A.     PERSIAPAN KOLAM
Perlu kita ketahui bahwa saat ini banyak sekali kolam yang beredar di masarakat, ada yang pake terpal, fiber, plastik HDPE, cor semen atau beton, ada yang berbentuk kotak, bulat dan adapula karena menyesuaikan tempat ada yang berbentuk segi tiga.
Pertanyaannya  bolehkah kita menggunakan sistem bioflok ini pada kolam tersebut diatas??? Kalau saya jawab Boleh, karena tidak ada hukum kaidah baku yang mengharuskan memakai kolam tertentu.
Namun disini saya tekankan bahwa  kolam yang paling mudah dalam proses  bioflok adalah kolam yang berbentuk lingkaran karena  :
                  Memudahkan kita untuk kontrol air
                  Pengadukan endapan yang maksimal
                  Serta mudah dalam pembuangan nitritnya.
                  Bisa padat tebar  dan murah biayanya.

Langkah langkah pembuatan Kolam Bulat
a.      Cari tempat yang aman dari benda tajam dan gangguan eksternal dan ratakan tanah lalu buat cekungan,


b.      Tanam pipa pembuangan 2 in yang disertai dengan keni


c.       Bentangkan wermesh dengan rumus
     Diameter 2  ( 2 x 3,14 = 6,28 )
     Diameter 3 ( 3 x 3,14 = 9,42 )
     Dst


d.      Kaitkan pelindung wermesh agar terpal lebih tahan lama


e.      Pasang karpet talang untuk melindungi terpal dari karat besi




f.        Masukkan kolam terpal ke dalam bingkai besi

g.      Setelah rapi pasang filter pembuangan.




B.      PERSIAPAN AIR KOLAM
a.      Air kolam  yang mau dipake bisa berasal dari berbagai macam sumber yang terpenting tidak bau,tidak tercermar bahan kimia, dan tidak keruh (TDS tidak lebih dari 250) pH 7-8 : pertumbuhan ikan baik
b.      Masukkan air kedalam kolam dengan ketinggian 60 cm
c.       Masukkan ramuan Probiotik hayati ( bisa pesan pada kami)
d.      Masukkan N-BIO 5cc/1000 kubik air
e.      Masukkan molase ¼  yang sudah direbus
f.        Pada saat pembuatan starter air kolam usahakan blower dihidupkan terus menerus.
g.      Jarak 2-5 hari jika phyto plankton sudah hidup maka ikan langsung ditebar.

C.      MENEJEMEN BENIH
Benih adalah salah satu penentu keberhasilan dalam berbudidaya, selain pakan dan kesehatan air maka benih membawa dampak kesuksesan lebih dari 35 %.
Bagaimana membedakan  benih yang unggul dan tidak?
a.      Ciri ciri benih unggul
·         Morfologi ikan lengkap
·         Bergerak aktif
·         Warna ikan tidak pucat
·         Lendir ikan bersih
·         Besarnya seragam
·         Kumis ikan lurus tidak bengkok atau kriting

b.      Ciri ciri benih tidak unggul
·         Morfologi tidak lengkap atau cacat
·         Ikan bersifat ap normal
·         Ikan kurang gesit atau lincah
·         Warna ikan pucat
·         Lendir ikan over dan gelap
·         Kumis ikan bengkok dan besarnya tidak seragam.

c.       Sterilisasi
Benih yang mau ditebar dalam kolam haruslah memenui ciri – ciri ikan sehat, agar petani tidak merugi maka benih yang datang dari UPR ( unit pembenihan Rakyat)  harus disterilkan terlebih dahulu ( disuci hamakan) tujuannya adalah agar bakteri yang berasal dari luar tidak terbawa kedalam kolam yang mana kolam sudah berisikan bakteri non patogin.
Adapun peralatan yang harus dipersiapkan adalah sbb :
·         Cari Alkohol, garam, atau blue coper ( yang ada) dalam hal ini saya memakai blue coper.
·         Vit C
·         Seser
·         Spetan atau Suntikan
·         Ember
·         N-BIO
·         Lap Tangan atau serbet.

Adapun langkah langkah yang harus dilakukan adalah sbb :
·         Ambil air bersih 10 liter lalu campur dengan blue coper sebanyak 5 mili
·         Aduk aduk sampai terlihat seperti ada buih
·         Siapkan air bersih 10 liter lalu campur dengan vit c 5 gram
·         Aduk vit C sampai merata
·         Siapkan air kolam 5 liter dalam ember  berikan 0,5 N-BIO tuangkan dalam air tersebut dan aduk sampai merata.
·         Jika semua media sudah disiapkan maka ambil ikan  dengan seser sedikit demi sedikit lalu masukkan benih dan seser kedalam media blue coper selama 10 hitungan atau 10 detik
·         Jika sudah 10 detik maka angkat seser dan benih ke media vit C selama 1 menit, 
·         Setelah itu masukkan benih dalam ember yang berisi air kolam dan N- Bio tunggu ikan sampai lincah dan gesit setelah itu masukkan air beserta ikan kedalam kolam secara perlahan.

d.      Tebar benih
Tebar benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, dimana suhu air kolam tidak begitu panas. Hal ini bertujuan untuk memperkecil stres ikan didalam kolam. Selain itu untuk mempercepat adaptasi ikan terhadap ekosistem kolam yang baru.
Adapun cara memasukkan ikan tidak boleh digrojog atau dituang dengan cepat, jika ini dilakukan maka ikan akan mengalami stres yang tinggi, kenapa demikian? Karena lele saat dipindahkan ke tempat yang baru dia akan mengalami fase adaptasi. Sebaiknya saat memasukkan benih adalah sebai berikut :
·         Masukkan ember ke dalam kolam
·         Tenggelamkan ember agar air kolam masuk dalam ember
·         Setelah itu biarkan ikan keluar dengan sendirinya.

D.     PAKAN
Dalam menejemen pakan ini perlu kita bagi menjadi dua yaitu pakan pabrikan hewani dan pakan herbal nabati.
a.      Pakan Pabrik hewani
Pakan dari pabrik biasanya didominasi oleh tepung ikan, karena untuk mendongkrak kadar protein pada ikan.  Secara teori semakin tinggi kadar protein pada pakan maka semakin cepat pula pertumbuhan ikan.
Namun didalam budidaya lele bioflok tidak demikian, karena semakin banyak kadar protein pada pakan maka tingkat pencemaran pada air semakin tinggi, sebaiknya pakan yang harus diberikan pada kolam bioflok difermentasi terlebih dahulu agar kadar protein yang  tinggi tadi dapat terserap maximal oleh ikan sehingga residu kotoran dan sisa pakan berkurang.

Cara melakukan fermentasi pakan sbb :
·         Ambil pakan 1 kg ditaruh dalam ember yang ada tutupnya
·         Ambil N-Bio 1 cc lalu dicampur air secukupnya lalu disemprotkan pada pakan
·         Aduk sampai merata  lalu tutup sampai rapat
·         Jika pakan sudah lembek dan di kepal pakan menggumpal berarti pakan siap di berikan ke ikan.
·         Pemberian pakan dengn N-Bio tidak perlu lama untuk fermentasinya, karena N-Bio sendiri adalah  microba yang sudah aktif.  Beda halnya dengan probiotik lainnya yang membutuhkan waktu cukup lama, hal ini dikarenakan bakteri dalam probiotik membutuhkan pertumbuhan. Namun jika menghendaki lamapun tidak mengapa asal pakan tidak ditumbuhi oleh misilium atau jamur. Jika pakan yang difermentasi terdapat misilium maka kadar protein pada pakan mengalami penurunan atau bisa jadi malah rusak.
·         Pemberian pakan diberikan setelah 1 x 24 jam benih ditebar
·         Banyaknya 5-3 % dari total bio masa ikan.

b.      Pakan Herbal / Nabati
Pakan herbal atau nabati dalam bididaya lele bioflok juga perlu diberikan, pakan ini biasanya berasal dari daun daunan seperti azola, daun pepaya, mengkudu  dll
Dalam seminggu lele perlu dipuasakan untuk mengkonsumsi pakan dari pabrik, lalu diganti alternatif pakan herbal seperti pemberian azola dan daun pepaya atau mengkudu. Selain untuk menghemat pakan daun tersebut berfungsi untuk anti oksidan agar ikan lebih sehat dan lebih tahan terhadap gangguan bakteri patogin.

E.      MASALAH IKAN PADA KOLAM BIOFLOK
Masalah masalah dalam kolam bioflok sudah kami jelaskan di bagian atas, namun itu masalah dalam air, sedangkan masalah yang ada pada ikan biasanya disebabkan oleh Jamur, Parasit, Bakterial, Virus
a.      Jamur
b.      Parasit
c.       Bakterial
d.      Virus

F.       GRENDING / PENYORTIRAN
Jika dalam pengamatan terlihat ada lele yang kanibal maka perlu adanya penyortiran hal ini dikawartirkan akan bedampak buruk pada budidaya.
Cara penyortiran :
1.      Siapkan bak tampungan diisi air dari kolam asal
2.      Kurangi air dalam kolam lalu seser ikan dengan perlahan
3.      Masukkan ikan kedalam keranjang sortir
4.      Jadikan 2 grit besar dan kecil
5.      Setelah selesai masukkan kembali ikan kedalam kolam dengan mengambil air dari kolam sebelah lalu tambahkan N-bio 10 ppm kemudian tambahkan air bersih.

G.     PANEN
Panen adalah salah satu tahapan yang diharapkan petani dalam budidaya, karena  fase ini adalah fase dimana untung rugi akan ketahuan.
Caranya :
Susutkan kolam dengan mencabut pipa pembuangan dan sisakan air sebanyak 10 cm
Habis itu seser ikan dalam kolam lalu timbang.
Saat sebelum ditimbang usahakan jangan banyak handling.

8.      SR (survival rate)
Survival Rate (SR) Merupakan Tigkat kelangsungan hidup suatu jenis ikan dalam suatu proses budidaya dari mulai awal ikan ditebar hingga ikan dipanen. SR meliputi Baik faktor biotik maupun abiotik yang mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup ikan. Faktor biotik meliputi parasit, predasi, kompetitor, umur, kepadatan populasi, penanganan manusia maupun kemampuan untuk beradptasi. Faktor abiotik meliputi : sifat fisika dan sifat kimia dari suatu lingkungan air.  Sama seperti satuan Mortalitas, nilai satuan dari SR adalah persen (%).
Rumus Menghitung Survival rate (SR)
Jumlah ikan yang hidup : jumlah penebaran awal ikan x 100% = Survival rate %
Contoh
Diketahui Jumlah ikan yang hidup : 2411 ekor
Jumlah penebaran awal ikan : 3000 ekor
Maka untuk menghitung nilai SR nya adalah : 2411 : 3000 x 100% = 80,3%


9.      MORTALITAS
Pengertian Mortalitas
Mortalitas didefinisikan sebagai jumlah individu yang hilang atau mati selama satu interval waktu tertentu. Dalam dunia Perikanan mortalitas dibedakan menjadi dua mortalitas penangkapan (F) dan kelompok yaitu mortalitas alami (M). Mortalitas alami adalah mortalitas yang disebabkan oleh faktor selain dari penangkapan seperti kanibalisme, suhu yang tidak stabil, predasi, stress pada waktu pemijahan, kada amonia yang tinggi, kelaparan dan umur yang tua. Spesies yang sama biasanya memiliki kemampuan yang berbeda-beda, dan tergantung pada predator dan competitor yang mempengaruhinya. Mortalitas alami yang tinggi didapatkan pada suatu organisme yang memiliki nilai koefisien Iaju pertumbuhan yang besar atau sebaliknya. Mortalitas alami yang rendah akan didapatkan pada suatu organisme yang memiliki nilai koefesien Iaju pertumbuhan yang keci. Sedangkan mortalitas akibat penangkapan adalah kemungkinan ikan yang mati karena penangkapan selama periode waktu tertentu, dimana semua faktor penyebab kematian ini berpengaruh terhadap populasi. Mortalitas dinyatakan dengan satuan persen (%).
Mortalitas penangkapan disebabkan oleh kecepatan eksploitasi suatu stok karena kegiatan manusia yang melakukan penangkapan selama periode waktu tertentu, dimana semua faktor penyebab kematian tersebut berpengaruh terhadap populasi. Kematian alami merupakan parameter yang sama sekali tidak dapat dikontrol dan diamati secara langsung, maka yang perlu dikontrol adalah dua besaran yang berhubungan langsung dengan mortalitas penangkapan.
Ikan yang memiliki mortalitas tinggi adalah ikan yang memiliki siklus hidup yang pendek, pada populasi tersebut hanya terdapat sedikit sekali variasi umur dan pergantian stok yang berjalan relatif cepat dan serta mempunyai daya produksi yang lebih tinggi.
Ada 2 pendekatan yang umum untuk menduga mortalitas. Salah satu diantaranya adalah mempertimbangkan jumlah populasi yang akan dipanen sebagai pengukuran jumlah eksploitasi, dan cara lain yang paling tepat adalah dengan mempertimbangkan beberapa usaha alat penangkapan yang tertentu dan proporsional dengan kekuatan fishing mortality.

Rumus untuk menghitung mortalitas : Jumlah ikan yang mati selama satu periode : jumlah penebaran benih ikan x 100% = Tingkat Kematian (Mortalitas)
Contoh
Diketahui
Jumlah penebaran benih : 3000ekor
Jumlah ikan yang mati selama 1 periode : 589
Maka untuk menghitung Mortalitas nya adalah :
589 : 3000 x 100% = 19,63%

10.  FCR
 FCR adalah kepanjangan dari Feed Conversion Ratio, Suatu ukuran yang menyatakan rasio jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg daging. FCR digunakan untuk mengetahui kualitas pakan yang diberikan terhadap pertumbuhan ikan.
Menghitung  Nilai FCR sangat penting karena:
FCR pada umumnya dijadikan sebagai salah satu tolak ukur  keberhasilan baik secara teknis (pemberian jumlah pakan yang sesuai TIDAK BOROS dan TIDAK KURANG TAKARANNYA.
Salah satu masalah terbesar ternak lele adalah BENGKAK dan BESARnya BIAYA PAKAN, Perhitungan FCR yang tepat dapat menghindari KEBANGKRUTAN ternak lele Anda dan FCR yang tepat menjadi salah satu solusi masalah terbesar ternak lele secara finansial.
Menghitung FCR tidaklah sulit, Anda dapat mengikuti hitungan contoh ternak lele Pak Untung di bawah ini. Membedakan perhitungan FCR untuk keseluruhan ternak dan FCR sesuai besaran panen menjadi penting agar tahu apa yang harus di perbaiki di awal pemeliharaan selanjutnya
Cara menghitung FCR sangatlah mudah, Anda bisa mengikuti contoh perhitungan di bawah ini, TETAPI jika tetap mengalami kesulitan ataupun masih bingung, atau sudah bisa tapi ingin sekedar meyakinkan diri, silahkan  minta perhitungan FCR sebagai perbandingan

Contoh cara menghitung FCR Keseluruhan dan FCR Kelompok

Asumsi, Pak Untung membeli benih lele sebanyak 40.000 ekor dengan ukuran 7 - 8 cm. Saat di timbang, berat rata-rata benih ikan adalah 3 gram per ekor. Dan di pelihara selama 2 bulan,
Pak Untung menghabiskan pakan sebanyak 3.200 kg. Ketika panen, Pak Untung mendapatkan lele dengan berat total 3.600 kg dan Pak Untung mengelompokan hasil panen lelenya menjadi tiga kelompok, yaitu
1.  Lele ukuran kecil : Ada 15%  atau sebanyak 5.400 ekor
2.  Lele ukuran sedang : Ada 37%  atau sebanyak 13.320 ekor
3.  Lele ukuran besar : ada  48%  atau sebanyak 17.280 ekor

Setelah Pak Untung mengetahui data tersebut, Beliau dapat dengan mudah menghitung FCR ternak ikan lelenya, baik FCR keseluruhan dan FCR per kelompoknya.





Berikut cara menghitung FCR

A. FCR keseluruhan:

Berat awal ikan (3gram x 40,000 ekor) = 120 kg
Pakan total = 3.200 kg
Berat total setelah panen = 3.600 kg
FCR = 3.200 kg : (3.600 kg - 120 kg)
FCR = 3.200 kg : 3.480 kg
FCR = 0,92

B. Dan berikut cara menghitung FCR kelompok:
a. Berat awal benih lele
1.  Lele ukuran kecil : 5.400 ekor x 3gram / 1000 gram = 16,2 kg
2.  Lele ukuran sedang : 13.320 ekor x 3gram / 1000 gram = 39.96 kg
3. Lele ukuran besar : 17.280 ekor x 3gram / 1000 gram = 51,84 kg

b. Konsumsi pakan lele selama pemeliharaan
1.  Lele ukuran kecil : 3.200 kg x 15%  = 480 kg
2.  Lele ukuran sedang : 3.200 kg x 37% = 1.184 kg
3.  Lele ukuran besar : 3.200 kg x 48% = 1.536 kg

C. Berat lele saat panen
1.  Lele ukuran kecil : 3.600 kg x 15%  = 540 kg
2.  Lele ukuran sedang : 3.600 kg x 37% = 1.332 kg
3.  Lele ukuran besar : 3.600 kg x 48% = 1.728 kg

Maka
1. FCR lele ukuran kecil
FCR = 480 kg : ( 540 kg - 16,2 kg)
FCR = 480 kg : ( 524 kg)
FCR = 0,92

2. FCR lele ukuran sedang
FCR = 1.184 kg : ( 1.332 kg - 40 kg)
FCR = 1.184 kg : ( 1.292 kg)
FCR = 0,92

3. FCR lele ukuran besar
FCR = 1.536 kg : ( 1.728 kg - 52 kg)
FCR = 1.536 kg : ( 1.676 kg)
FCR = 0,92
Jadi semua FCR baik secara keseluruhan ataupun FCR kelompok masing masing ukuran lele adalah 0,92.
Gampang khan???

11.  ANALISA KELAYAKAN USAHA
a.      Benih lele 3.000 x 200                                   Rp.    600.000
b.      Pakan ikan -1 x 300.000                                 Rp.    300.000
c.       Pakan ikan -2, 7 x 280.000                             Rp. 1.960.000
d.      N-bio 1liter                                                     Rp.    100.000
e.      Probiotik hayati 1 sak                                    Rp.       30.000 +
Total                                                               Rp. 2.990.000

Asumsi haarga daging saat ini per kg 15.000
Panen dengan hasil daging 300 kg FCR 0,8
Maka 350 kg  x 15.000                                         Rp. 5.250.000

Maka keuntungan  kotor adalah                          Rp. 2.260.000

12.  PENUTUP
Demikian materi budidaya ini kami sampaikan semoga bermanfaat bagi kita semua.
Hal hal yang kurang jelas bisa hubungi kami di 085799444333.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SEDIA KOLAM BIOFLOK

RANGKAIAN PEMASANGAN KOLAM BIOFLOK DIAMETER 5 METER  DI KABUPATEN SRAGEN 085799444333 BAHAN TERPAL YANG KUAT DAN DESAIN KOLAM YANG MELINGKAR...